GAds

Nostalgia Fenomena – Bisphenol-A (BPA)

Nostalgia Fenomena – Bisphenol-A (BPA)

Rencang! Akhir-akhir ini, kabar mengenai air minum isi ulang yang mengandung Bisphenol-A (BPA) sebagai bahan berbahaya kembali mengemuka. Padahal, kabar ini pernah mencuat belasan tahun yang lalu, lho! Admin telah melakukan tracking untuk mencari artikel-artikel yang mengangkat mengenai isu Bisphenol-A atau BPA ini. Misalnya Detik, Tempo, BBC, NatGeo, hingga BPPT. Akan tetapi berbeda dengan isu hangat yang belakangan mencuat (yang akan kita bahas di artikel lain). Objek yang menjadi permasalahan adalah kandungan BPA di kemasan botol seperti botol susu. Mengenai cemaran BPA sendiri beserta dampak negatifnya terhadap kesehatan, ternyata kontroversinya sedari dulu hingga saat ini belum usai, dan kali ini akan kita bahas dalam Nostalgia Fenomena – Bisphenol-A (BPA).

Pro kontra mengenai bahaya kandungan BPA dalam wadah minuman telah terjadi lebih dari satu dekade lalu. Admin ingat pembahasan ini mulai menjadi buah bibir pada sekitar tahun 2007 atau 2008. Akan tetapi, ternyata artikel berita online terlama yang penulis temukan tertanggal 17 Desember 2009 (memang pada saat itu internet belum menjadi sumber referensi primer dan penggunaannya tidak semasif sekarang). Berikut ini merupakan dampak-dampak negatif dari BPA terhadap kesehatan tubuh manusia:

  1. Dampak Bagi Tumbuh Kembang Anak

Melansir dari Tempo, kontroversi ini memanas ketika enam perusahaan besar pembuat botol susu bayi sepakat menghilangkan kandungan BPA dalam produk mereka. Hal tersebut karena terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahaya BPA terhadap kesehatan khususnya bagi anak-anak. Ahli Toksin dari NIH mengungkapkan, bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi perkembangan otak pada janin dan bayi yang baru lahir. Dampaknya, kongres membuat kebijakan yang menyebabkan pabrik dan toko menarik produk-produk dengan kandungan BPA. Sedangkan BBC menyatakan selain berdampak buruk kepada pertumbuhan, BPA juga dapat mengurangi daya tahan tubuh dan menstimulasi munculnya tumor. Hal tersebut karena cairan panas seperti susu bayi bersuhu tinggi dapat melumerkan plastik. Semakin sering dan lama botol dipakai, semakin banyak plastik yang lumer dan dikonsumsi oleh anak.

  1. Dampak Bagi Pencernaan

Masih dilansir dari Tempo yang mengutip peneliti Universitas Rochester, bahwa BPA mengendap dalam tubuh lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya yang menyatakan BPA hanya mengendap selama 30 menit. Diketahui dalam penelitian itu, tubuh manusia tidak dapat mengikisnya dengan cepat. Diperlukan mekanisme kesehatan seperti puasa agar BPA dapat dilarutkan dengan maksimal. Selain itu, ternyata BPA tidak hanya ditemukan pada wadah pangan, tapi juga dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi.  Selain pada wadah makanan, BPA juga dapat ditemukan pada pipa air, aneka kertas serta kertas daur ulang.

Detik menyatakan penemuan penelitian mengenai hubungan antara bahan plastik dan pencernaan. Kandungan BPA yang terdapat pada botol susu bayi, pinggiran kaleng makanan dan minuman terbukti memperburuk pencernaan manusia. Detik mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Tolous dari National Institute of Agronomic Research, dengan subjek penelitian yaitu tikus. Setelah dicobakan pada manusia memberikan hasil yang serupa. BPA dapat merusak pencernaan karena menurunkan kemampuan permeabilitas dan sistem imun usus terhadap peradangan dan infeksi. Tikus diberi dosis BPA sepuluh kali lebih rendah dari dosis aman. Hasilnya, anakan tikus mengalami radang usus.

Peneliti Perancis juga membuktikan dengan hirupan BPA dan organ yang pertama kali terdampak adalah usus. Sejumlah penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahaya BPA yang dapat menyebabkan kanker payudara, jantung, obesitas, pubertas dini, gangguan impotensi dan lain-lain. Gangguan kesehatan tersebut dapat terjadi bahkan pada dosis rendah sekalipun.

  1. Dampak Bagi Seksualitas

National Geographic (NatGeo) melaporkan bahwa BPA dapat mempengaruhi organ reproduksi hingga menyebabkan kemandulan terutama bagi pria. Mengutip dari jurnal penelitian Fertility dan Sterility, para pekerja pabrik di Cina yang terpapar zat kimia yang diduga BPA tersebut memiliki kandungan sperma yang lebih sedikit. Penelitian tersebut melibatkan 218 responden, dimana 130 buruh pabrik diantaranya sering bersentuhan langsung dengan barang yang mengandung BPA dan kandungan spermanya lebih sedikit. Mereka akrab dengan kemasan botol plastik botol minuman, kotak bekal, dan barang rumah tangga lainnya. Penelitian ini juga sekaligus menguatkan riset yang telah diselenggarakan sebelumnya yang menyatakan BPA mempengaruhi perkembangan seksual bayi laki-laki.

Negara yang “Mengharamkan” Penggunaan Bisphenol-A (BPA)

Dikutip dari Detik, Kanada menjadi negara pertama di dunia saat itu yang secara tegas menyatakan BPA sebagai senyawa yang beracun bagi manusia dan lingkungan, khususnya yang ditemukan di dalam plastik dan kertas thermal. Dalam Canada Gazette, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan mengawasi dengan ketat penggunaan BPA. Larangan ini merupakan tindak lanjut dari penemuan pada Oktober 2008 yang menemukan masalah perkembangan sistem saraf dalam pengujian yang dilakukan terhadap binatang. Hal itu berbeda dengan pernyataan Otoritas Keamanan Pangan Eropa yang menyatakan tidak membahayakan kesehatan pada dua minggu sebelumnya. Di jajaran negara Eropa, Perancis dan Denmark menjadi “dua-duanya” negara yang membatasi penggunaan BPA. Pembatasan serupa juga diberlakukan di Australia dan sebagian negara bagian Amerika walaupun belum tegas menyatakan BPA sebagai bahan beracun.

Walaupun belakangan setelah berselang 3 tahun kemudian, Komisi Eropa barulah menyetujui pelarangan tersebut dan melarang penggunaan bahan kimia BPA untuk kemasan makanan dan minuman. Uni Eropa mulai memberlakukan larangan tersebut pada Maret 2011 dan melakukan larangan impor mulai Juni 2011. Sebelum Uni Eropa, Amerika Serikat melalui undang-undangnya telah terlebih dahulu mengumumkan larangan penggunaan BPA dalam industri pangan, menyusul setelah kontroversi “kongkalikong positif” enam produsen botol susu bayi yang sepakat menghilangkan kandungan BPA dalam produknya. Keputusan tersebut diamini oleh kongres di kemudian hari.

Nostalgia Fenomena – Bisphenol-A (BPA)

Nah kita sudah membahas panjang kali lebar kali tinggi nih tentang apa yang terjadi di lebih dari satu dekade silam. Sekarang kamu pasti bertanya-tanya, apa sih Bisphenol-A atau BPA itu? Apakah memang seberbahaya itu? Sampai pada saat post ini dibuat, fenomena itu ramai lagi diperbincangkan? BPA sendri adalah sejenis polimer khusus komponen organik dengan dua gugus fungsional yang biasa digunakan untuk membuat polikarbonat dan resin epoksi (epoxy resin). BPA merupakan  phenol. Dipergunakan untuk bahan polikarbonat dan  Bahan ini banyak digunakan sebagai pelapis dalam produksi kemasan makanan kaleng, botol air minum, kertas thermal, alat kesehatan maupun berbagai aksesoris mobil. Dalam bahasa Indonesia, BPA seringkali disebut Bisfenol A.

BPA pada awalnya ditemukan pada 1930-an, ketika berusaha mencari hormon estrogen sintetik yang pada saat itu telah diuji pada spesimen tikus dan diketahui sifat esterogenitasnya. Penggunaan BPA sendiri selain diperuntukkan untuk kemasan makanan juga digunakan sebagai bahan inert untuk pestisida (tidak lagi diperbolehkan), fungisida, antioksidan, peredam nyala api, bahan kimia karet, dan stabilizer PVC. Bahan tahan api seperti tetrabromobisphenol A juga menggunakan BPA ini. BPA dapat dipakai dalam proses produksi bahan kertas tanpa abu dan kertas termal yang biasanya digunakan dalam struk belanja. Industri pengecoran logam dan pelapis pipa air minum juga seringkali bergantung pada BPA ini.

Bahan ini juga digunakan untuk melapisi kaleng agar tidak mengkontaminasi makanan, kemasan plastik, botol susu bayi, galon air minum isi ulang, wadah tahan mikrowave, rak pada kulkas, alat masak, hingga untuk melapisi gigi anak-anak agar tidak karies. BPA mengutip pada BPPT juga dapat ditemukan pada wadah penyaring air, gigi palsu, lembaran film, kemasan laminasi, kutek, CD/DVD, insulator listrik, alat listrik dan instrumen kantor. Ternyata segitu banyaknya ya kontaminasi BPA dalam kehidupan sehari-hari kita?

Hasil Penelitian Rujukan

Kontaminasi BPA telah meluas sehingga dapat dideteksi di sungai mulai 5-1900 nano g/l. Terdapat pula pada endapan lumpur antara 5-100 ppb yang tahan degradasi pada keadaan normal. Pada tahun 2007, 38 ahli menyimpulkan rata-rata kandungan BPA pada manusia melebihi kandungan pada binatang yang menyebabkan kerusakan pada percobaan di laboratorium. Namun, mereka juga menyebutkan BPA dapat terdegradasi di lingkungan atau dalam tubuh manusia. Penelitian tahun 2011 untuk paparan BPA berkelanjutan pada konsentrasi rendah sepanjang hari menunjukan peningkatan absorbsi dan akumulasi pada tikus.

Pada tahun 2007 beberapa pemerintah memberikan dana untuk penelitian BPA pada binatang dan jaringan. Sebanyak 153 memperlihatkan efek negatif pada kesehatan. Sementara penelitian oleh Industri kimia, sejumlah 13 penelitian kesemuanya tidak menunjukan efek negatif. Penelitian yang menunjukan efek negatif, atau buruk dilakukan pada tikus, dengan akibat berat bayi abnormal, resistensi insulin, kanker prostat dan membesarnya kelenjar susu yang berlebihan.

Penelitian pada tikus menunjukkan kerusakan genetik tak biasa. Reaktivitas BPA meniru hormon esterogen sehingga dapat merusak organ seksual janin. Dalam jumlah kandungan 20 ppb dalam air telah merusak 8% telur, yang biasanya hanya 1%. Secara teori berpotensi menggugurkan bayi dalam kandungan atau memicu down sindrom. Penelitian lain memberikan BPA ke rahim dapat mengubah jumlah sperma, prostat dan perkembangan testis. Sementara pengujian BPA yang didukung industri menunjukan BPA dengan keadaan saat ini aman-aman saja.

Penelitian lanjutan BPA mungkin dapat merusak telur DNA, sehingga kerusakan dapat diturunkan melalui kerusakan telur-telur tersebut. BPA dapat menghentikan pembelahan kromosom secara equivalen sebelum terjadinya pembelahan sel telur, dengan mengganggu aktivitas hormon oestrogen. Penelitian ini menunjukan bahwa BPA dapat mengakibatkan kromosom tidak normal pada sel telur tikus betina. Sayangnya, penelitian ini tidak menguji efek kesehatan termasuk efek reproduksi dan keturunan pada manusia.

Nah itu tadi Nostalgia Fenomena – Bisphenol-A (BPA). Kamu pengusaha AMDK? Segera uji BPA Produkmu dan lengkapi izin edarnya!

#TerbaikTercepatTerpercaya

#KlinikHukumTerpercaya

#SemuaAdaJalannya

    Leave Your Comment

    Your email address will not be published.*

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Mulai WA
    1
    Hubungi Kami
    Halo Rencang, ada yang bisa kami bantu?